Duel Dua Pelatih Jerman Di Final Champion
Tanding kelak menyinggung pertempuran dua pelatih Jerman. Hansi Flick di tim Bayern dan Thomas Tuhel bersama PSG. Flick melesat profesinya pada musim ini sesudah Agen Slot Terpercaya gantikan Niko Kovac pada November 2019. Dalam sekejap, bekas pendamping tim nasional Jerman membuat salah satunya team Bayern terbaik selama hidup.
Sementara, Tuhel jalani musim ke-2 bersama team kaya raya Prancis. Ia diambang sukses besar menuntaskan visi khusus memenangkan Liga Champions. Semenjak team dipunyai konsorsium Qatar pada 2011, PSG menjelma sebagai team raksasa yang berkeinginan mendominasi persaingan lokal dan Eropa. Berlalu sembilan musim sesudah pemerolehan, mimpi mengusung piala Liga Champions terlihat tidak lagi mimpi.
Tuhel demikian kerap melayani Bayern sejak tangani Mainz pada 2009. Saat sebelum dikontrak PSG, Tuhel bersama Dortmund seringkali melawan FC Hollywood. Togel Hari Ini Die Borussen diantarkan finish di rangking ke-2 Bundesliga dan pergi ke final DFB Pokal pada musim pertamanya. Sayang, Bayern masih mendaulat diri sebagai team terbaik.
Sepanjang dua musim membesut Die Scwarzgelben, Tuhel alami seringkali kekalahan malu-maluin. Di kesempatan pertama, Marco Reus, dkk. digasak 1-5. Satu musim berlalu, Bayern menyuguhkan kekalahan paling besar dalam satu musim Dortmund, 1-4. Pada Piala Super Jerman 2016, Dortmund runduk 0-2.
Satu kekalahan memiliki arti yang Dortmund capai dalam zaman Tuhel, yaitu pada semi-final DFB Pokal 2016-17. Kemenangan tipis 3-2 di Stadion Allianz Tempat mengantarkan Dortmund ke final dan pada akhirnya keluar sebagai juara.
Sekilas, trend tatap muka Tuhel dengan Bayern memang tidak begitu bagus. Tetapi, Tuhel benar-benar belum bertemu dengan team yang dipegang Hansi Flick. Dengan keadaan kaki yang cidera, Tuhel tentu pelajari Bayern dengan cermat.
"Kami selalu menghargai musuh. Saya memberi info dan strategi detil ke team mengenai Bayern. Pada partai final, penting untuk bermain tanpa perasaan takut," sebut Tuhel oke.
Dari rekor tatap muka ke-2 club, PSG dan Bayern bertemu 8x. Les Parisiens unggul lima pertandingan dan cuma 3x kalah. Pertemuan paling akhir ke-2 club terjadi pada set group Liga Champions dua musim kemarin. Bergabung di Group B, PSG finish di atas Bayern karena keunggulan keproduktifan gol.
Ke-2 team sama-sama menaklukkan waktu itu. PSG menang mutlak 3-0 di Paris, sementara Bayern membalasnya dengan score 3-1 di Muenchen.
Telah kelamaan team finalis kiprahan tidak keluar sebagai juara. Team yang akhir kali melakukan, yaitu Dortmund saat mengandaskan Juventus pada final edisi 1997. Pada nanti malam, PSG terdaftar sebagai finalis kiprahan ke-41 yang capai partai pucuk. Marquinhos, dkk. pasti mengharap sanggup membuat riwayat.
Belum sekalipun benar-benar juara Liga Champions, PSG punyai beberapa pemain yang eksper melakukan. Penjaga gawang Keylor Navas ikut serta raih hat-trick bersama Real Madrid selama musim 2015-16 sampai 2017-18.
Kehadiran figur penjaga gawang Costa Rica pada musim ini mempunyai tujuan menyebarkan pengalaman gemilangnya di Eropa ke scuad Les Rouge et Bleu. Dan, Di Maria ikut mencapainya bersama El Real pada 2014 dan Neymar bersama Barcelona di tahun 2015.
Bayern sendiri ada banyak diperkokoh beberapa pemain yang menggondol piala Liga Champions paling akhir club pada 2013. Selainnya Neuer dan Mueller, masih tetap ada Jerome Boateng, David Alaba, dan Javi Martinez.
Dalam pada itu, Thiago Alcantara juga pernah mencapainya bersama Barcelona pada 2011. Diperlengkapi pemain lapar juara karena pernah kalah di final, seperti Lewandowski, Kingsley Coeman, dan Lucas Hernandez, peluang Bayern tampil dengan motivasi berlipat-lipat.
Pada musim ini, ke-2 team kembali memimpin persaingan lokal. Super Bayern memboyong ganda winner dalam negeri untuk ke-3 belas kalinya. PSG pun tidak kalah keren dengan menyikat treble winner lokal ke-4 dalam sekejap.